Laman

Kamis, 07 Oktober 2010

Kelaparan dan Pemuda

Di berbagai belahan bumi saat ini, ada yang tengah asyik menikmati kesenangan-kesenangan hidupnya, bahkan hingga rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Namun, siapa yang sangka di belahan bumi yang lainnya, orang-orang malah sedang bersusah payah menghadapi bencana serius yang sedang mereka hadapi, yaitu kelaparan.
Kemiskinan dan keadaan alam merupakan penyebab-penyebab umum dari bencana ini. Jika kita susuri, kemiskinan merupakan kejadian sosial yang berefek besar. Selain, kriminalitas yang meningkat, kelaparan pun bisa terjadi hanya karena miskin. Kemiskinan telah membuat orang-orang kesulitan untuk membeli makanan yang bergizi baik. Harga-harga di pasar yang semakin tidak karuan membuat mereka mengambil alternatif lain, yaitu membeli makanan sekedarnya, walaupun gizi yang ada dalam makanan tersebut tidak memenuhi standar gizi sama sekali. Selain itu, bencana alam pun turut mengambil andil dalam terjadinya kelaparan. Keadaan alam seringkali menyebabkan gagal panen yang ternyata memberi dampak hilangnya alternatif makanan. Seperti yang terjadi di Kabupaten Yahukimo, Papua, mereka mengandalkan umbi-umbian yang mereka tanam untuk menjadi makanan mereka. Namun, apa daya, umbi-umbian yang mereka tanam tidak bisa tumbuh karena curah hujan yang tinggi menyebabkan umbi-umbian itu hanya menumbuhkan akarnya saja. Akhirnya, umbi-umbian itu tidak bisa dimakan dan bencana kelaparan pun terjadi di sana.
Beberapa fakta menarik penyebab kelaparan adalah ulah tangan manusia yang justru bermanfaat. Pengalihan makanan nabati menjadi pakan ternak adalah salah satunya. Semua orang pasti sudah mengetahui gizi yang dikandung oleh hewan ternak. Misalnya hewan ternak sapi, kandungan gizi yang terdapat dalam dagingnya saja bisa meliputi protein yang sangat tinggi ditambah sumber vitamin dan mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh. Belum lagi hasil ternak lainnya, seperti susu dan telur. Namun, ternyata bila kita mengonsumsi hewan ternak atau hasilnya tersebut berarti kita memiliki andil dalam bencana kelaparan di bagian dunia lain. Seperti yang dilansir oleh www.pemanasanglobal.net (diakses pada tanggal 29 September 2010), dibutuhkan delapan kilogram tanaman pangan untuk menghasilkan satu kilogram daging yang kita konsumsi. Jika kita menahan diri untuk tidak memakan satu kilogram daging, kita telah ‘memberi’ makan saudara-saudara kita yang kelaparan sebanyak delapan kilogram tanaman pangan. Tentu saja, hal ini sangat efektif. Moore Lappe, salah satu Tokoh Kemanusiaan dari Yayasan James Beard, Prancis, telah mengampanyekan pola makan vegetarian dalam bukunya, yaitu “Diet for a Small Planet”. Dalam bukunya tersebut beliau menyebutkan bahwa penyebab kelaparan yang ada adalah karena manusia telah memberikan separuh tanaman pangan yang ada di dunia ini diberikan kepada hewan-hewan ternak.
Ulah tangan manusia yang bermanfaat, namun menjadi salah satu penyebab kelaparan lainnya, adalah penggunaan biofuel. Biofuel dipercaya menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ketergantungan energi. Bahkan, biofuel lebih ramah lingkungan. Biofuel adalah sumber energi yang berasal dari bahan-bahan organik. Sumber energi tersebut diproduksi dengan berbagai macam cara, seperti dihasilkan langsung dari tanaman atau dihasilkan dari berbagai macam limbah. Pendaur-ulangan limbah menjadi biofuel, bisa jadi, tidak berdampak negatif, bahkan sangat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Namun, bila tanaman, apalagi tanaman pangan, digunakan untuk memproduksi biofuel, tentunya hal ini perlu dipertimbangkan kembali. Tanaman-tanaman pangan yang biasa digunakan untuk memproduksi biofuel ini adalah jagung yang merupakan tanaman pangan penting dunia. Di Amerika Selatan dan Tengah, tanaman yang juga bisa digunakan sebagai pakan ternak ini menjadi sumber makanan utama. Di tingkat nasional, jagung juga merupakan makanan utama bagi saudara-saudara kita yang bertempat tinggal di Madura dan Nusa Tenggara. Bila memang tanaman pangan, contohnya jagung, difokuskan menjadi sumber biofuel, tentunya akan banyak saudara-saudara kita yang kelaparan karena ketergantungan akan bahan fosil untuk memproduksi energi sudah sangat besar.
Pemuda sebagai motor penggerak bangsa, bahkan dunia, memiliki pekerjaan rumah yang sangat besar untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, khususnya masalah kelaparan ini. Sudah seharusnya, para pemuda itu memiliki intelegensi yang tinggi. Karena dengan intelegensi tersebut, mereka bisa terus melakukan inovasi-inovasi untuk memberikan alternatif pangan bagi semua manusia.
Posisi yang strategis, misalnya sebagai presiden atau gubernur, sangat dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan kelaparan yang disebabkan oleh kemiskinan dan keadaan alam. Kekurangpekaan orang-orang yang berada di posisi strategis itulah yang menyebabkan kemiskinan dan bencana alam tidak tertanggulangi sehingga kelaparan bisa terjadi. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, perhatian yang penuh dari mereka, tentu, kejadiannya akan lain. Di masa depan, para pemudalah yang akan mengemban amanah besar itu. Cukuplah, yang terjadi di masa sekarang menjadi suatu pembelajaran yang sangat berharga dan wajib diperbaiki. Menjadi pejabat negara, banyak orang yang mengatakan begitu bagi para pemangku posisi strategis negara ini, tentunya tidak mudah. Apalagi, menjadi seorang pejabat negara yang memiliki kepekaan yang tinggi. Hal itu membutuhkan proses pembelajaran yang sulit dan panjang, seperti proses pembelajaran akademik, kemanusiaan, dan proses pembelajaran lainnya. Bukanlah pemuda-pemuda yang menyia-nyiakan masa depannya yang bisa melewati proses ini dengan baik, seperti pemuda-pemuda yang senang tawuran atau sekedar nongkrong di mall.
Selain di posisi strategis itu, pemuda pun akan dibutuhkan untuk meregenerasi para peneliti yang sudah tidak produktif lagi. Saat ini, sudah banyak peneliti muda yang baik. Para peneliti muda tersebut akan lebih baik lagi bila mereka memfokuskan penelitian mereka ke penelitian bidang pertanian, khususnya pangan. Masih banyak penelitian dan kajian yang masih perlu dilakukan, diantaranya penelitian alternatif pakan bagi ternak agar tanaman pangan bisa teroptimalkan sempurna atau penelitian alternatif sumber gizi yang sebanding dengan sumber gizi yang dimiliki hewan ternak.
Penelitian saja tidak cukup untuk menyelesaikan suatu masalah. Proses sosialisasi juga memegang peranan penting. Cara memberitahu orang yang tidak tahu adalah sosialisasi. Setelah sosialisasi, orang akan mengerti dan menyadari pentingnya suatu solusi yang dihasilkan dari penelitian. Para pemuda yang merupakan jenjang manusia yang paling optimal merupakan tokoh yang paling berpengaruh dalam proses ini. Mereka masih mempunyai semangat untuk melakukan hal itu. Ditambah lagi, jika para pemuda itu belum punya suatu kepentingan seperti kepentingan yang dimiliki orang-orang yang sudah berkeluarga, tentu sosialisasi akan berjalan sangat efektif karena mereka akan sangat mudah untuk diarahkan.
Pada prinsipnya, para pemuda adalah aset bangsa yang bisa diproyeksikan di semua bidang, apalagi jika hanya untuk menghadapi masalah kelaparan ini. Contoh-contoh di atas adalah sekelumit peran pemuda yang bisa mengatasi masalah ini. Oleh karena itu, kepada para pemuda, marilah kita bangkit untuk memajukan negeri ini dan menghilangkan semua masalah kelaparan hingga ke akar-akarnya. [SP300910]

It's blogging time!!

Yes, punya blog...
mudah2an awet!!
hehe..