Laman

Rabu, 28 September 2011

Forth Task

Management Class (Kuliah Manajemen) - Department of Management, College of Economics and Management - Bogor Agricultural University

Lectures Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
(www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb)

Pertanyaan:
Jelaskan kondisi-kondisi yang mungkin dihadapi manajer sebagai pengambil keputusan!

Prama Adistya Wijaya - Departement of Mathematics, College of Mathematics and Natural Sciences - Bogor Agricultural University

Third Task

Management Class (Kuliah Manajemen) - Department of Management, College of Economics and Management - Bogor Agricultural University

Lectures Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
(www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb)

BAB 4 Mengelola dalam Lingkungan Global

Kelebihan Bahasa Indonesia
1. Egalitarian
2. Simpel
3. Bahasa sastra dan pujangga

Apa pandangan Globalmu?
-Parochialism
Melihat dari sudut yang lebih sempit (melihat dari sudut pandangnya saja)
-Etnosentrik
Yang terbaik adalah semua yang berasal dari negaranya
-Polisentrik
Menempatkan orang lokal menjadi manajer karena orang lokal tersebut dianggap lebih mengerti dengan lingkungan.
-Geosentrik
Siapapun dianggap bisa bekerja dimanapun dengan skill yang dimilikinya

Contoh Kerjasama Antar Negara
a. UniEropa
b. NAFTA (North American Free Trade)
c. WTO (World Trade Organization)

Jenis Organisasi Internasional
>Multinational Corporation
>Multidomestic Corporation
>Global Company
>Transnational Corporation

Prama Adistya Wijaya - Departement of Mathematics, College of Mathematics and Natural Sciences - Bogor Agricultural University

Kamis, 15 September 2011

Second Task

Management Class (Kuliah Manajemen) - Department of Management, College of Economics and Management - Bogor Agricultural University

Lectures Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
(www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb)

Pertanyaan..
Apa yang disebut dengan sikap polisentris?

Prama Adistya Wijaya - Departement of Mathematics, College of Mathematics and Natural Sciences - Bogor Agricultural University

Second Task



Management Class (Kuliah Manajemen) - Department of Management, College of Economics and Management - Bogor Agricultural University

Lectures Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Pertanyaan..
Apa yang disebut dengan sikap polisentris?

Prama Adistya Wijaya - Departement of Mathematics, College of Mathematics and Natural Sciences - Bogor Agricultural University

Selasa, 23 Agustus 2011

First Task of Management

Management Class (Kuliah Manajemen) - Department of Management, College of Economics and Management - Bogor Agricultural University

Lectures Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Mencari Kesempatan di Manajemen

Saya sangat berminat di bidang manajemen, khususnya Manajemen SDM. Namun, karena saya saat ini kuliah di Mayor Matematika, saya belum merasakan feel yang saya inginkan. Di mayor saya saat ini, kami lebih diajari bagaimana me-manage angka-angka dan simbol-simbol agar sesuai dengan keinginan kami. Selain itu, kami pun dilatih berpikir logis dan sistematis dengan semua permasalahan yang diberikan.

Yang saya harapkan ketika saya duduk di bangku kuliah, saya mendapatkan banyak hal terutama yang berhubungan dengan minat saya, yaitu Manajemen SDM. Selama ini, saya mendapatkan ilmu-ilmu manajemen tersebut melalui organisasi-organisasi yang saya ikuti dan ternyata hal ini memang memberikan kepuasan tersendiri.

Setelah saya mengikuti perkuliahan perdana Pengantar Manajemen yang diasuh oleh Bapak Ujang Sumarwan, saya mulai merasakan feel yang selama ini saya cari. Pengantar Manajemen adalah mata kuliah yang merupakan rangkuman seluruh kuliah dari Departemen Manajemen FEM IPB. Tentu saja, manajemen SDM juga merupakan bidang garapan dari mata kuliah ini. Di Pengantar Manajemen, kami dikenalkan pengertian dari manajemen, pengertian organisasi dan berbagai hal lain yang memang berhubungan dengan manajemen.

Prama Adistya Wijaya - Departement of Mathematics, College of Mathematics and Natural Sciences - Bogor Agricultural University

Kamis, 16 Desember 2010

Berharap Kebaikan dari Pemimpin Baru

Setiap organisasi atau lembaga yang telah memilih pemimpin yang baru memberi harapan besar kepada pemimpin barunya. Harapan untuk berkembang menjadi lebih baik dan meminimalisasi kekurangan yang ada. Begitu pun dengan lembaga penumpas korupsi di negeri kita, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Belum lama ini, Komisi III DPR RI telah memilih Ketua KPK yang baru karena Ketua KPK yang lama, yaitu Antasari Azhar, telah tersandung kasus pidana.

Busyro Muqoddas telah dipercaya untuk memimpin lembaga yang besar ini. Kebaikan-kebaikan beliau akan mampu mendongkrak kinerja KPK ke arah yang lebih baik. Kebaikan, baik yang bersifat denotatif, maupun konotatif.

“BAIK” memiliki empat huruf yang merupakan singkatan dari beberapa kata. Di antaranya, “B” untuk kata Bersih, “A” untuk Amanah, “I” yang bisa berarti Inovatif, dan “K” yang juga bisa bermakna Keteladanan.
Bersih. Seorang pemimpin yang bersih tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum karena telah melakukan suatu tindakan pidana. Bila Pak Busyro berhasil memberikan citra yang bersih pada dirinya, tingkat kepercayaan masyarakat kepada beliau akan melonjak. Efeknya, dorongan dan dukungan masyarakat akan sangat membantu kinerjanya.

Amanah. Pemimpin amanah adalah seorang yang menjalankan amanahnya sesuai dengan peran dan fungsinya. Tidak pernah menyelewengkan jabatannya untuk kepentingan keluarga dan kelompoknya. Orientasi pemikirannya hanya tertuju pada rakyat. Bila Pak Busyro menjadi pemimpin yang amanah bisa dipastikan para koruptor di negeri ini akan gigit jari.

Inovatif. Banyaknya koruptor di negeri ini membuat para koruptor tidak akan berbuat korupsi dengan modus operandi yang sama dengan “para pendahulu”-nya. Bila para “calon koruptor” baru menggunakan modus operandi yang sama, KPK bisa dengan mudah untuk melacaknya. Maka, “calon koruptor” tersebut akan mencari cara yang lebih inovatif. Kalau saja, Pak Busyro kalah inovatif dengan para koruptor tersebut, tidak akan heran bila negeri ini menjadi negeri terkorup di dunia.

Keteladanan. Hal ini adalah unsur yang penting dalam suatu kepemimpinan. Gagasan-gagasan dari seorang pemimpin yang memiliki keteladanan yang rendah hanya akan “masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri”. Tidak akan didengar oleh pembantunya. Bagaimana Pak Busyro bisa menumpas korupsi di negeri ini bila gagasan-gagasanya tidak didengar oleh pembantunya? Bagaimana beliau bisa menurunkan tingkat korupsi di negeri ini bila keteladanannya masih minimalis?

Segenap rakyat Indonesia akan berharap banyak kepada Ketua KPK baru ini. Rakyat Indonesia sudah bosan dikhianati oleh para koruptor. Hak-hak mereka sudah banyak terampas. Rakyat Indonesia berharap KPK akan jauh lebih baik dengan ke-“BAIK”-an dari pemimpin barunya. Pak Busyro Muqoddas.

Ilmuwan dan Bencana

Bencana pasti akan terjadi ketika Yang Maha Pengatur sudah menetapkan demikian. Tapi, bukan berarti kita tinggal diam. Pasrah terhadap apa pun yang akan terjadi. Semua orang masih bisa untuk mengantisipasinya dan mengurangi efek negatif yang akan terjadi. Manusia diberikan akal dan pikiran untuk bisa memikirkan hal itu.


Ciri tanda orang bersyukur adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Akal dan pikiran mempunyai fungsi untuk berfikir. Bila kita tidak berfikir apakah kita sudah termasuk orang yang bersyukur?


Jepang memiliki letak yang tidak strategis. Di atas 'Lingkaran Api Pasifik' di pertemuan tiga lempeng tektonik. Efeknya sering terjadi gempa bumi dan tsunami yang sangat merusak.


Tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang. Jadi, secara harafiah tsunami memliki pengertian ombak besar di pelabuhan. Dahulu, banyak yang memiliki persepsi bahwa tsunami sama dengan gelombang pasang. Beberapa tahun terakhir persepsi ini ditentang oleh para peneliti. Tanpa disadari ilmuwan Jepang telah memaknai kata 'bersyukur' tersebut.


Mereka sudah mampu mengoptimalkan akar dan pikiran yang mereka miliki. Selain memang sering terjadi tsunami di sana mereka juga berkeinginan untuk meneliti hal ini. Hasilnya adalah bermunculanlah tembok-tembok penahan tsunami. Ketika sebuah tsunami setinggi 30 meter menghantam pulau Hokkaido di Jepang Utara pada tahun 1993 hanya 293 orang meninggal akibat tsunami dan gempa bumi. Ini merupakan suatu karya yang patut untuk kita pelajari.


Selain dorongan ilmu pengetahuan para ilmuwan Jepang juga sangat didorong oleh pemerintah Jepang sendiri. Hal ini terbukti dari usaha-usaha nyata dari pemerintah untuk menyejahterakan mereka. Gaji sekitar 50 juta rupiah per bulan adalah salah satunya.


Gaji merupakan salah satu ukuran kesejahteraan seseorang. Para ilmuwan tersebut semakin bersemangat untuk memberikan yang terbaik untuk negerinya karena ide-ide brilian mereka pun turut difasilitasi oleh pemerintah. Ide-ide yang didapat dari berbagai penelitian panjang dan melelahkan. Para ilmuwan tersebut tidak merasa percuma atas semua tindakannya. Tembok-tembok tsunami yang berdiri adalah salah satu karya dari para ilmuwan tersebut.


Jika kita melirik ke negara yang kita cintai ini, Indonesia, kita akan sedikit prihatin dengan kondisi mereka. Sudah sering terdengar kabar yang menyatakan bahwa para ilmuwan Indonesia lebih memilih untuk berkarya di negara lain.


Hal ini bukan saja dikarenakan nasionalisme mereka yang masih minim tapi juga karena faktor internal dari Indonesia sendiri. Tunjangan yang kurang memadai dan ide-ide yang tidak terlalu dipedulikan pemerintah adalah beberapa alasan mereka ingin pergi dari Indonesia.


Bagaimana pun para ilmuwan juga merupakan manusia biasa. Manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan pendapat-pendapat yang didengar oleh para pemegang kebijakan. Para ilmuwan memiliki ide-ide yang bermanfaat bagi masyarakat. Ide-ide yang bisa meminimalisasi efek bencana.


Pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi di negeri ini sebaiknya memperhatikan hal ini. Karena bila kondisi ini terus berlangsung bukan tidak mungkin akan semakin banyak ilmuwan yang meninggalkan negeri ini. Bahkan, efek terburuk yang bisa terjadi adalah habisnya ilmuwan yang berkontribusi di Indonesia.


Ada baiknya kita mempelajari negara Jepang yang benar-benar menghargai para ilmuwannya. Hasilnya juga tidak main-main. Dengan tunjangan yang memadai akan membuat para ilmuwan fokus memikirkan penelitannya dan tidak perlu pusing memikirkan sesuap nasi untuk keluarganya.


Biaya-biaya hidup keluarga yang dipikul oleh para ilmuwan adalah kewajiban yang juga harus dipenuhi oleh mereka. Keluarga yang terpenuhi kebutuhannya akan membuat para ilmuwan tersebut semakin bersemangat untuk berkarya. Tentunya masih banyak penghargaan-penghargaan lain yang bisa diberikan oleh pemerintah untuk membuat para ilmuwan tersebut terus berkontribusi di negerinya sendiri untuk menyelamatkan negeri ini dari banyaknya bencana yang terjadi.


Untuk semua pemuda bangsa ini marilah kita berkontribusi untuk terus menyelamatkan bangsa ini dari semua bencana yang mengintai dengan semua ilmu yang kita miliki! Untuk semua pemuda yang ingin berkontribusi menjadi ilmuwan marilah kita mencoba mengoptimalkan dan mengaplikasikan ilmu yang kita miliki untuk bangsa ini!


Dengan ilmu yang dimiliki semua bencana bisa diminimalisasi efeknya. Untuk semua pemuda yang berkeinginan untuk menduduki posisi di pemerintahan marilah kita belajar untuk menghargai para ilmuwan kita yang sudah susah payah berjuang untuk bangsa ini! Ide-ide dari para ilmuwan tanpa fasilitas dan dukungan dari pemerintahan akan terus memberikan efek yang buruk bagi bangsa ini. Bencana yang tidak bisa diantisipasi.


http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view=article&id=50513:ilmuwan-dan-bencana&catid=57:gagasan&Itemid=65


http://suarapembaca.detik.com/read/2010/11/24/182750/1501653/471/ilmuwan-dan-bencana